Sabtu, 18 Oktober 2014

Di Dunia Pararel

Suatu hari...

"Aku mencintaimu!" Ucap seorang wanita kepada ku.

"Kenapa kau mencintaiku?" Aku bertanya heran.

"Kenapa? Haruskah cinta mempunyai alasan?"

"Tentu. Jikalau kau mencintaiku tanpa alasan, bukankah mungkin saja suatu saat kau bingung kenapa kau mencintaiku sehingga bisa jadi kau meninggalkanku."

"Oke. Aku mencintaimu karena aku menginginkan kau suatu saat nanti menjadi imam ku." Kata wanita itu dengan sangat yakin.

"Lantas, disaat hampir semua wanita sekarang begitu mempertahankan gengsi dan ego mereka akan perasaan mereka, kenapa kau tidak demikian? Mengapa kau mengutarakan ini kepadaku?" Selidikku padanya. Karena aku belum begitu percaya.

"Yah memang. Aku tak mendustai diri sendiri kalau aku juga demikian. Begitu egois dan gengsi. Tapi perihal mencintaimu, aku bisa membuangnya untukmu."

"Kenapa?"

"Sederhana. Aku takut ada wanita lain yang mendahului ku untuk melakukan hal ini padamu. Yaa, karena aku mencintaimu."

"Cih. Aku saja tak yakin kau benar-benar serius menyatakan ini kepadaku. Bagaimana mungkin akan ada wanita lain yang melakukan hal yang sama sepertimu. Kau tau aku pria seperti apa. Itu mustahil." Kata ku dengan senyum picik.

"Aku tau tentangmu. Aku tau betapa brengseknya kau. Aku tau betapa bangsatnya kau. Aku tau itu."

"Nah, jika kau tau, mestinya kau menjauhiku."

"Awalnya memang demikian. Aku sangat membenci tipe-tipe pria sepertimu. Aku menganggap pria sepertimu itu sampah. Tapi pernah suatu saat aku melihatmu di tampar seorang wanita. Seketika itu wajahmu langsung dingin. Tapi kemudian kau tersenyum lagi kepada wanita itu. Dari sana, aku melihat ada sesuatu yang berbeda padamu. Karena penasaran, aku menyelidiki mu. Dan berakhir seperti ini. Aku memberanikan diri untuk mengutarakan ini kepadamu."

"Berbeda? Apa yang berbeda? Aku tetaplah begini. Begitu brengsek dimata wanita."

"Tidak. Kamu brengsek hanya ingin akan pengakuan. Kamu yang dulu sering disia-siakan dan disakiti, menjadi hilang arah. Aku tau, kamu menjadi brengsek karena ingin menemukan wanita seperti aku kan? Yang ingin mengakui keberadaanmu. Dan itu lah aku. Aku mengakuimu. Bahkan mencintaimu."

"Darimana kau tau akan hal itu? Rasanya aku tak pernah curhat kepada siapapun akan hal itu."

"Perasaan wanita mungkin bisa kamu permainkan. Tapi tidak bisa kamu bohongi. Dan untung perasaanku menyadari akan hal itu."

"Lalu, sekarang apa yang kau inginkan?"

"Kamu juga mencintaiku dan kita bisa bersama."

"Itu tidak mungkin. Jika kita bersama, kau lah yang akan menderita. Kau kan tau image ku sangat negatif. Bahkan orang tuamu membenciku. Kau akan dianggap wanita murahan karena kau bersama pria yang brengsek ini. Aku tak ingin menjadi begitu."

"Aku tak takut akan hal itu. Persetan dengan semua. Aku akan berjuang bersamamu untuk itu."

"Tapi, aku masih bingung. Kenapa kau bisa jatuh hati kepadaku? Sedangkan diluar sana banyak pria baik. kaya, atau tampan yang mengejar-ngejarmu. Mereka semua lebih dariku. Kenapa kau begitu keras kepala untuk mencintaiku?"

"Aku tak tau. Aku pun bingung kenapa bisa begitu mencintaimu. Yang aku tau sekarang, kamu adalah pria brengsek yang aku cintai. Perihal image mu yang negatif itu, mari kita berjuang bersama untuk mengubahnya. Aku rasa tak sulit karena pada dasarnya kamu adalah orang baik."

"Tapi....."

"Tapi apalagi? Kau meragukan kesungguhanku? Ayolah. Aku berjanji akan berjuang untukmu. Berjuang bersamamu. Selalu. Menikmati proses dari bawah bersamamu. Bukankah rumusnya begitu, sehingga jika nanti kita mencapai kemenangan, itu akan sangat indah. Aku lebih memilih jalan hidup seperti ini, daripada mencari pria yang sudah mapan sehingga hidupku senang. Aku tidak puas menjalani kehidupan seperti itu. Terlalu hambar untuk dijalani. Hidup bukan sekedar harta, tapi proses itu lah yang dinamakan hidup."


**************************

Suatu kisah yang hanya bisa terjadi di dunia pararel. Sebuah dunia yang berkebalikan dengan dunia kenyataan. Sementara itu, kenyataan apa yang sesungguhnya terjadi di dunia nyata ini?









1 komentar: