Sabtu, 11 Januari 2014

Raffi Dan Nova

Senin dan upacara. Itu lah yang di sanksi kan oleh Raffi pagi itu. Karena tadi malam sampai dini hari dia memaksakan untuk bermain futsal dengan teman 1 kompleks perumahannya. Alhasil, dengan badan letih dan tentunya mata berkantung hitam, Raffi memaksakan untuk tidak telat. Tapi konsekuensi nya sudah bisa ditebak. Akhirnya dia berbaris dibarisan untuk siswa yang telat. Untunglah pagi itu bukan cuma Raffi seorang yang telat. Ada sekitar 20 orang lebih yang terlambat juga.

"Eh Va, kamu telat juga?" ucap Raffi kepada seorang perempuan yang juga baru datang dengan nafas terengah-engah.
"Iya nih. Tadi ban motor papa ku bocor. Nyari tamban bal yang sepagi ini udah buka susah amat" jawab Nova dengan nafas yang masih belum teratur.
"Walah, malang nian nasib mu nak" ujar Raffi karena melihat wajah panik Nova. Memerah karena aliran darah nya yang begitu kencang sehabis lari-lari karena terlambat.
"Hehe gak malang juga. Eh aku mau ke UKS dulu ya. Hari ini aku seharusnya piket. Gak enak banget berdiri di barisan orang telat begini. Byeee" candaan Nova kepada Raffi.
"Kejam banget kata-katanya. Bye" jawab Raffi sambil melambaikan tangan.

Nova kemudian berlari kembali dan tujuannya saat ini adalah UKS. Raffi masih saja memandang dengan senyum kecil karena melihat Nova berlari tergopoh-gopoh karena takut ketahuan oleh guru.

*******

"Eh Fi, ngelamun aja lo. Kesamber ntar. Trus lo tambah jelek." sapa Rahman ke Raffi saat di kantin sekolah.
"Eek lo bro. Kaget gue. Apaan jelek, malah tambah ganteng tauk." jawab Raffi dengan cetus.
"Hahaha. Muke lu kalo udah jelek ya jelek aja. Lagi ngelamunin apa lo? Pasti lagi mikirin 'Miss N' yang lo naksir itu ya?" tebak Rahman.
"Tau aja lo. Iya Man. Gue makin jatuh cinta sama dia. Senyumnya itu loh. Bikin gue meleleh." 
"Alah. Sok-sokan lo. Siapa sih 'Miss N' yang lo taksir itu? Gue kan sahabat lo, masak gak mau cerita sih?" protes Rahman.
"Enggak lah Man. Gue malu aja. Ntar kalo udah resmi pacaran, baru gue kenalin. hehe." 
"Ya elah. Lu ke sahabat tertutup amat sih. Siapa tau gue bisa bantu elo buat cepetan jadian. Dan elo nya sih, gak berani-berani nembak dia. Kapan pacarannya cobak?" 
"Sombong banget lo. Pacaran aja gak pernah. Pake ngebantu orang segala." jawab Raffi sambil meninju pundak sahabatnya itu.
"Ya siapa tau kan Fi gue bisa bantu apa gitu. Kayak nyiumnya. Hhe"
"Ogah banget. Nih gue kasih cluenya, "Miss N" itu adalah cewek yang baru pindahan kesekolah kita." 
"Yang pindahan kemaren itukan ada 3 orang Fi. Ketiganya ada inisial N nya. Yang mana?"
"Cari tau aja sendiri." jawab Raffi.
"Ah males deh. Eh iya lu dateng ya malam minggu ke rumah gue. Gue mau tunangan sama cewek yang udah dijodohin ama gue dari baru gue pertama kali bernapas di dunia ini. Hhe"
"Eh seriusan lu bro tunangan? Masih SMA gini loh. Wah, parah lu. Bentar lagi nikah dong. Waahhh." jawab Raffi dengan terkagum-kagum.
"Hhe. Nikahnya masih lama sih. Tunggu tamat kuliah dulu. Dateng ya, trus bawa tuh 'Miss N' lo." ujar Rahman sambil berdiri dan meninggalkan sahabatnya yang masih terpana itu.

******

"Hi Nova, malam minggu ada acara gak?" sapa Raffi ke Nova saat pulang sekolah di hari jumat.
"Ada nih Fi. Aku ada acara tunangan." jawab Nova.
"Tunangan si Rahman ya? Aku mau ngajak kamu pergi ke acara itu."
"Iya Fi. Emang acaranya itu."
"Ya udah, pergi bareng ya? Aku gak ada teman." pinta Raffi.
"Mmm. Liat dulu ya." jawab Nova sambil menggaruk kepala nya yang sebenarnya sama sekali gak gatal.
"Iya aja lah. Jam 7 aku jempu pokoknya." ucap Raffi sambil berlari ke parkiran. 

******

"Va, aku udah di depan rumah kamu nih." 

Sebuah pesan masuk ke hape Nova.

Kemudian keluar lah sesosok perempuan dengan menggunakan gaun berwarna merah yang begitu anggun dan cantik sekali. Raffi pun sampai terkagum-kagum melihatnya.

"Wih Va, kok kamu cantik banget sih. Hhe." ujar Raffi yang mencoba untuk bercanda.
"Udah cantik dari sono nya kali. Masuk dulu Fi." jawab Nova.

Kemudian Raffi masuk ke rumah Nova untuk yang pertama kalinya. Di ruang tamu duduk papa dan mama Nova yang juga dengan pakaian rapi. Seperti akan pergi juga. 

"Teman kamu Va?" tanya papa Nova.
"Iya pa. Kenalin Raffi." 
"Malam om." sapa Raffi sambil bersalaman dengan papa dan mamanya Nova.
"Malam. Ya udah. Ayok berangkat." ajak papa Nova.
"Eh, om juga ikut?" tanya Raffi kebingungan.
"Ya iyalah. Kami pergi. Kamu bareng kami aja perginya. Yuk."
"Eh anu om, saya bawa mobil kok." basa-basi Raffi.
"Oh gitu. Ya udah Va, kamu bareng Raffii aja pergi. Tapi jangan sampai telat ya. Awas telat." Ultimatum sang papa. 

******

"Aku gak nyangka papa mama kamu juga ikut Va." Raffi mencoba membuka percakapan di perjalanan itu.
"Hehe iya Fi." jawab Nova dengan pelan.
"Va, ada yang mau aku bilang ke kamu." 
"Apa fi?"
"Aku sayang kamu sejak pertama kali melihatmu, Va"

Keheningan menyelimuti mereka berdua. Cuma terdengar alunan musik di tape mobil Raffi. Nova seketika terdiam. Raffi kelabakan. Dia berpikir mengutarakan perasaannya saat ini adalah waktu yang salah. Mereka pun tak bersuara lagi sampai ke rumah Rahman.

******

Sekarang Raffi dan Nova pun memasuki rumah Rahman yang tampak sangat ramai. Sepertinya cukup banyak juga tamu yang di undang di acara pertunangan ini. Terlihat Rahman berdiri di depan panggung dengan gagahnya beserta setelan jas yang begitu pas dibadannya. Raffi pun celingak-celinguk ke setiap penjuru ruangan untuk mencari siapakah calon tunangan sahabatnya itu.

"Yap, baiklah kita mulai saja acara pertunangan ini berhubung pihak wanita telah datang." ujar sang MC seketika memecah hiruk pikuk para undangan yang hadir.
"Silahkan Rahman jemput calon tunangannya." pinta MC tersebut kepada Rahman.

Kemudian Rahman pun berjalan dengan tegap menuju ke arah Nova. 

"Yuk Va." kata Rahman kepada Nova sambil menengadahkan tangan nya supaya Nova bisa menyambut tangan Rahman.
"Lah Man, kok?" kata-kata itu keluar dari mulut Raffi dengan nada penuh keheranan.
"Yap Fi. Nova itu adalah cewek yang udah dijodohin ama gue. Gue udah tau kok sebenarnya 'Miss N' lo itu Nova. Tapi lo terlalu tertutup sekali orangnya bahkan kepada sahabat baik lo sendiri. Kalo lo sedikit aja mau terbuka ama gue, gue pasti bakalan meluruskan jalan lo. Tapi lo gak mau terbuka ama gue." jawab Rahman kepada Raffi yang memperjelas semuanya.
"Sorry Man. Ini kesalahan gue gak terbuka sama sahabat gue sendiri. Jaga Nova baik-baik ya." ucap Raffi dengan wajah yang dipaksa untuk senyum.

Rahman dan Nova kemudian menuju ke panggung dengan bergandengan mesra meninggalkan Raffi yang masih terperangah. Kemudian Raffi keluar dan menuju parkiran dimana mobilnya diparkir. Lalu dia masuk kedalam mobil dan duduk menunduk dengan dada yang bergemuruh oleh perasaan yang entah bernama apa. Ingin marah, kepada siapa? Merasa kecewa, tapi kepada siapa? Ingin menangis, tapi untuk apa? Penyesalan merambat ke dalam dadanya. Andai iya bisa lebih terbuka kepada sahabat baiknya sendiri, mungkin dia gak sehancur ini. 

Terbukalah kepada sahabat mu sendiri.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar