Jumat, 27 Desember 2013

Tuhan Dengan Segala Selera Humor-Nya

Terlalu sensitif ketika mulai berbicara tentang Tuhan. Serba salah pun. Tetapi buat gue, selalu menarik karena ada sensasi menyenangkan tiap kali mendengar atau membicarakan tentang ‘area sensitif’ satu ini. No guys, I’m not talking about sex.

Here…


Enggak sekali-dua kali gue denger temen-temen gue bilang bahwa gue mesum, cuek, sarap, frontal, bahkan terkesan enggak takut sama apapun. Enggak jarang mereka juga teriak “ELLLLOOOO SSSSAKIIIITTTT JIWWWWWA!!!!” sambil geleng kepala dan pasang muka. Entahlah. Semacam ekspresi dari percampuran rasa takjub, kagum, terkesima, salut, terheran-heran, syok, marah, terpukul, depresi, dan meragukan kewarasan gue. Wait, what? Okay, stop it. Gue gak mau di bully. Cuma gegara salah paham mengira ini blog narsis whatever blablabla. Gue bahkan enggak tau harus tanggapin itu sebagai pujian atau hinaan. (kayaknya sih hinaan….bye!)


So far, gue mengabaikan.


Kenapa?


Ya gak lucu aja kalau tiba-tiba gue tanggapin dengan jawaban serius lalu obrolan panjang lebar tentang iman dan ketuhanan. Selain momennya yang (alhamdulillah) enggak pernah tepat, banyak dari mereka yang menganggap bahwa obrolan semenarik apapun—sekali lagi, APAPUN—kalau mulai melipir ke ‘area sensitif’ itu, mendadak jadi enggak menarik untuk diteruskan.

So, yeah. Tiap kali obrolan mereka yang mulai mengarah ke ‘area sensitif’, kerap kali gue respon dengan otak mesum gue. Membosankan.

Lalu, apa yang menarik?

Menurut gue, saat beberapa dari mereka mendadak menjadi orang suci dan taat agama begitu hidupnya kehilangan roda kemudi. Namun berbalik menjadi sebuas hewan setelah menyandang kemapanan. Sebaliknya, banyak juga yang mengagungkan Tuhan begitu diberi kenikmatan dalam berbagai pencapaian. Namun berbalik memaki Tuhan dengan sumpah serapah kala kehidupannya hijrah ke golongan bawah.

Lucuk. Lucu pake k. Lucuk. Menurut gue itu lucu banget. Like seriously, gue beneran lagi ketawa sambil ngetik ini…. *DAMN!!!!* X’))

Well, gue enggak bermaksud menyudutkan siapa-siapa. Pun enggak bermaksud ceramah agama. Gue cuma share tentang tontonan favorit gue aja.

Yep. There's no typo detected. Ulah mereka memang tontonan favorit gue. You know, sekarang udah jarang banget film ataupun serial yang based on true story. Sementara gue disuguhkan ‘reality drama’ maha karya Tuhan. Gak tanggung-tanggung, pemerannya adalah si pelakon asli dan disiarkan LIVE pula. Yes! Tuhan lagi asik diajak kerjasama. Selera humor-Nya gak ada dua! Hahaha~

Tanpa bermaksud menjadikan kelakuan mereka sebagai hiburan, gue beneran terhibur. Ya gimana dong? Gue kan jujur. HAHAHAHAHApabangetsihgueeee~ Well, gue memang bukan orang suci. Pun bukan orang yang berdandan religi. Gue biasa, namun berbeda. *asik!* Setidaknya gue konsisten menuhankan Tuhan, bukan menjadikan-Nya sabun ‘cuci tangan’. Tuhan ya Tuhan. Yang tiap-tiap kita tidak mampu menyamai se-persekian-juta-Nya. Tuhan ya Tuhan. Pemilik waktu yang tak berbatas dan ruang yang tak berpijak. Tuhan ya Tuhan. Nama-Nya terlalu tabu dicantumkan dalam 'permainan'.

Tapi, harus se-serius itukah? Kata siapa Tuhan tidak pernah bercanda?

Tuhan memang gak pernah main-main, tetapi Tuhan masih memiliki selera humor. Memang kalian pikir, dari mana sifat humoris kalian berasal(?)

Lihat saja! Kerap kali Tuhan gemar mengajak kita bercanda lewat kejadian-kejadian gak masuk akal di hidup kita. Seolah mempermainkan, padahal itu bagian dari uji kelayakan. Jika lolos, kelak surga-Nya siap dihuni. Jika sebaliknya, maka neraka-Nya sudah berdandan rapi menunggu kita mati. Ya setidaknya begitulah imajinasi gue. Perkara agama, menurut gue konsep dasar dari (hampir) semua agama adalah sama. Tentang kebaikan. Tentang kehidupan.

Tuhan punya selera humor yang tinggi. Begitu mudahnya Ia memberi, dalam sekejap menariknya kembali. Dari situ, gue selalu belajar bersyukur dan tidak mendadak cengeng ketika menerima kegagalan. Gue belajar menyikapi segala hal sesuai porsinya. Gue belajar merentangkan tangan ketika seseorang datang, dan mendoakan jika suatu hari seseorang pergi. Gue belajar menerima saat pertemuan dan merelakan adanya perpisahan. Gue belajar sebijak mungkin agar seimbang. 

Gue masih belajar.

Menurut gue, takdir Tuhan akan hidup seseorang itu bukan sesuatu yang mutlak dan simbolisasi kemurkaan-Nya. Iya, itu tak lebih dari cara Tuhan mengajak kita bercanda. Unik memang. So don’t take it like seriously. Cukup respon balik candaan-Nya dengan santai dan tetap bersyukur tanpa mengurangi semangat juang.

Dan jika suatu hari lo berada di puncak kelelahan, jangan langsung bilang “GAK LUCU!!!!” kemudian mem-vonis Tuhan jahat sama lo. Ajak Dia berkomunikasi tiap kali lo selesai ibadah. Jangan lelah untuk mengulanginya. Jangan menjauh dan hilang percaya. Tuhan bisa luluh, kalau kita juga bersungguh-sungguh. Semua hal yang terjadi sama kita itu atas kuasa Tuhan. Jadi kalau kita menginginkan sesuatu, mintanya juga sama Tuhan. Bukan minta sama dukun, paranormal, dan kawanannya.

Kenapa?

Simpel aja. Menurut lo, yang ciptain dukun, paranormal, dan kawanannya itu siapa? Ayam?
*hening*

Semesta ada karena siapa? Nah, memohonlah pada-Nya. Dengan begitu, semesta akan turut meng-amin-kan tiap-tiap pengharapanmu.

Caranya?

Bernegosiasi dengan Tuhan lewat usaha dan doa. Dan jangan lupakan....cinta. Iya, cinta. Ah, gue sih sebenernya agak najis kalau bahas cinta. Udah skeptis duluan. Makanya, bagian satu ini gue skip aja. *straight face*

Well, gue sering nangkep basah diri gue sendiri lagi cekikikan geli dalam hati tiap kali ngeliat orang yang cuma ngeluh dan sibuk meratapi nasib mereka yang enggak maju-maju, sementara mereka gak mau susah payah berusaha. Haha, jagoan! Kenapa harus buang-buang waktu mengasihani diri sendiri? Semesta tidak diciptakan untuk menunggumu berkeluh-kesah, kawan. Ayolah, jangan hanya bermimpi! Jendralmu adalah dirimu sendiri. Mulailah berusaha. Genapi dengan doa. Lalu nikmatilah cara Tuhanmu bercanda.

Aku berlindung kepada Sang Maha, dari nista yang melingkari semesta.
Dengan menyanggupi segala mau-Nya, yang maha nyata lagi maha tak terduga.
Maha benar Tuhan dengan selera humor-Nya.

Tks to FA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar